Sajak 1- Manusia dan kesejahteraan
Kelelahan kita semakin parah tenatnya
Berserta kekejaman mengatasi kedamaian
Titik pertemuan menjadi tentangan
Tak siapa mau beralah
Saat ini siapa lagi sanggup bersemboyan
Janjikan harapan semanis janji orang bercinta
Setiap pembicaraan tanpa persatuan
Kejujuran mati di hati
Hari ini tak payah parau bertanya
Ketuaan dunia akan tenggelam juga
Dalam kebodohan manusia
Yang kian bermuka dua
Demi kelak dewasanya anakku
Kau bikinlah perhitungan sendiri
Untuk menjengah neraka kecintaan manusia
Mencucuri bahan api neraka
Tambah mengimbau sorotan kitab MUHAMMAD!
Tambah mengimbau sorotan kitab ESA!
Hanya kesejahteraan membunga api
Salmi Manja
Utusan zaman, 1 Januari 1961
Sajak ini telah ditujukan kepada anak penyair. Penyair menasihati anaknya supaya membuat pemilihan hidup dengan betul supaya tidak menjadi manusia yang kian lupa akan janji-janjinya, mementingkan diri sendiri dan tidak mementingkan kedamaian.
Pegangan yang kuat terhadap kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Nabi s.a.w. memastikan masa hadapan yang cerah dan baik kepada anaknya.
Dalam syairnya, penyair menyatakan bahawa manusia sekarang tidak mahu menerima pendapat atau tidak mahu tunduk di bawah kekuasaan orang lain sehinggakan mengakibatkan peperangan yang membunuh kedamaian. Mereka juga suka membuat janji yang tidak ditepati, tiada lagi kejujuran di dalam diri masing-masing. Mereka sering melakukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dikatakan.
Dengan itu, penyair menasihati anaknya dan manusia lainnya supaya berpegang teguh kepada dua perkara tersebut yang dapat melindunginya daripada menjadi individu yang tidak bermoral dan menjadikannya seorang manusia yang mementingkan kesejahteraan dalam kehidupan, kesejahteraan yang dapat mengatasi kekejaman.
Ulasan lanjut:Jenis sajak: sajak bebas
Nada: i) protes: (terhadap kepincangan nilai kahidupan manusia)
“hari ini tak payah parau bertanya”
ii) memujuk:(agar manusia kembali berpegang kepada agama Islam)
“tambah mengimbau sorotan kitab MUHAMMAD!”
“tambah mengimbau sorotan kitab ESA!”
Rangkap: 5
Baris: Rangkap 1 hingga 4: 4 baris
Rangkap 5 : 3 baris
Rima akhir: Rangkap 1: a-b-b-c
Rangkap 2: a-b-a-c
Rangkap 3: a-a-a-a
Rangkap 4: a-b-c-c
Rangkap 5: a-b-c
Jumlah pekataan dalam baris: 3 hingga 6 perkataan
Jumlah suku kata : 8 hingga 16 suku kata
TemaKemanusiaan yang berlandaskan prinsip keagamaan
Kehidupan manusia yang kian kalut dan berpura-pura, tidak mahu beralah, dan kekejaman lebih ketara berlaku berbanding dengan kedamaian. usaha dan perjuangan untuk mencari kedamaian sudah tidak ada lagi, berpunca daripada kejujuran yang telah padam dalam hati manusia.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa: tegas/keras
bersikap terus terang
Metafora:
“ketuaan dunia akan tenggelam juga”
Inversi:
“kejujuran mati di hati” – di hati kejujuran mati
“demi kelak dewasanya anakku”- demi dewasanya anakku kelak
Personafikasi:
“kejujuran mati di hati”
“ketuaan dunia akan tenggelam juga”
Hiperbola:
“kelelahan kita semakin parah tenatnya”
Simpulan bahasa:
“titik pertemuan menjadi tentangan”
“yang kian bermuka dua”
Perulangan:
“tambah mengimbau sorotan kitab MUHAMMAD!”
“tambah mengimbau sorotan kitab ESA!”
Unsur BunyiAsonansi:
“berserta kekejaman mengatasi kedamaian”
“janjikan harapan semanis janji orang bercinta”
“demi kelak dewasanya anakku”
“hanya kesejahteraan membunga api”
Aliterasi:
“titik pertemuan menjadi tentangan”
“janjikan harapan semanis janji orang bercinta”
Persoalan1. Sikap manusia yang mementingkan diri sendiri
Punca mereka melakukan kekejaman.
2. Agama sebagai pegangan hidup
Penyelesaian bagi memperbaiki kepalsuan hidup.
3. Kekejaman manusia
Yang telah menghapuskan kedamaian di dunia.
Nilai Dan Pengajaran
Kejujuran. Kejujuran penting dalam kehidupan.
· Bertanggungjawab. Bertanggungjawab dalam menjaga keharmonian, bukannya mencetuskan huru-hara.
· Keyakinan. Pegangan agama yang kukuh menjadi benteng kedamaian dalam sesebuah negara.